Lokomotif D 52
Lokomotif D 52 87 |
Lokomotif D 52 adalah lokomotif pertama yang dibeli oleh DKA (Djawatan Kereta Api) saat itu. Lokomotif ini bernama asli Mikado dan dipesan langsung dari pabrik Krupp di Jerman. Mikado yang dipesan berjumlah 100 unit. Tentu saja ini merupakan pesanan lokomotif terbanyak dalam sejarah DKA.
Lokomotif ini adalah lokomotif dengan tender. Oleh karena itu, setiap kali sampai di stasiun tujuan, seringkali lokomotif ini dibalik di jembatan putar terdekat dengan stasiun. Jadi, dipo-dipo yang memiliki Mikado saat itu hanyalah dipo lokomotif yang memiliki jembatan putar yang cukup dimasuki oleh Mikado. Diantaranya adalah Dipo Induk Jatinegara, Cirebon, Banjar, Kutoarjo, Yogyakarta, Madiun, Sidotopo, dan Kertapati.
Mikado di Pulau Jawa lebih sering dipakai untuk KA penumpang. Pasalnya, baya perawatan yang murah dan kemampuannya menaklukkan tanjakan menjadi alasan Mikado sering dipakai untuk Ka penumpang. Sebaliknya, di Pulau Sumatera, Mikado lebih sering dipakai untuk angkutan batubara di Tanjungenim dan Sawahlunto dan KA barang.
Bahan bakar lokomotif ini adalah batubara. Hingga pada tahun 1956 bahan bakar Mikado diganti menjadi oli residu dan bagas tebu. Tentu saja, Mikado menjadi satu-satunya lokomotif uap yang mendapatkan bahan bakar oli pertama di Indonesia. Penggantian bahan bakar ini dilakukan oleh Balai Yasa Madiun (Sekarang PT. INKA ) secara bertahap.
Setelah ada CC 200 dan CC 201 pun, D 52 masih menjadi primadona bagi DKARI, PNKA, dan PJKA hingga tahun 1980 ketika mereka dibebastugaskan dan dikirim ke Museum Transportasi TMII, disandingkan dengan Gerbong Perawat.
0 komentar:
Posting Komentar