Lokomotif E 10
E 10 51 dinaikkan ke kapal dari pelabuhan di Jerman. |
E 10 adalah lokomotif bergigi yang didatangkan khusus ke Sumbar untuk menarik rangkaian KA Batubara dari Ombilin ke Teluk Bayur untuk selanjutnya dipasok menuju Jawa. Tanjakan berat dan bergigi pun ditaklukkannya demi menarik KA Batubara khas minangkabau tersebut. Jalur sepanjang 290 km dilaluinya setiap hari. Karena kehandalannya, masyarakat sekitar menyebutnya ‘Mak Itam’.
Awalnya, SSS (Sumatra Staatspoorwegen) memesan tiga lokomotif D 18 untuk beroperasi di jalur ini. Namun, karena produksi batubara meningkat, maka armada di Ombilin ditambah dengan 15 lokomotif E 10 buatan SLM dan 7 lokomotif buatan Esslingen pada tahun 1921. Esslingen dan SLM adalah perusahaan spesialis lokomotif bergigi yang berkualitas.
Mak Itam mampu menghela 14 gerbong batubara seberat 130 ton pada tanjakan bergigi sendirian. Berbeda dengan D 18 yang hanya mampu mendorong 7 gerbong saja. Mak Itam mampu mendorong gerbong hingga gradien 8 persen di tanjakan Kayutanam-Batutabal, dan Padangpanjang-Bukittinggi-Payakumbuh. Uniknya, lokomotif ini memiliki 4 silinder, 2 untuk menggerakkan roda utama, dan 2 lagi untuk menggerakkan roda gigi yang ada di tegah-tengah.
Mak Itam adalah lokomotif paling awet dan berkualitas yang pernah dimiliki Indonesia. Bahkan Indonesia memesan 10 lokomotif ini ke Esslingen dan 7 lokomotif ke Nippon Sharyo pada tahun 1945. Saat ini anda masih bisa menikmati satu lokomotif ini, E 10 60, lokomotif terakhir Esslingen untuk Indonesia, masih mondar-mandir di Padangpanjang-Sawahlunto untuk menarik KA Wisata Danau Singkarak.
2 komentar:
Indonesia pesen 10 loko, skrg tinggal 1, yg 9 kemana om ?
mungkin karena lok yg satu ini jarang dipake atau yang 9 menglami "PLH" atau mungkin mereka lelah setelah kurang lebih 3/4 abad mereka berdinas di sana
Posting Komentar