Lokomotif F 10
Brosur Lokomotif F 10 yang dibuat oleh Hanomag. |
Lokomotif F 10 terlahir untuk menyaingi lokomotif kuat dari Swiss, Gölsdorf 380. Gölsdorf 380 adalah lokomotif karya Dr. Karl Göelsdorf yang susunan gandarnya 2-10-2. Sedangkan F 10 adalah lokomotif karya Dr Ing. Erich Metzeltin dengan susunan gandar 2-12-2. Karena lokomotif ini spesial untuk pulau Jawa, maka dia dijuluki ‘Javanic’ yang berarti Milik Jawa.
Javanic memang lokomotif spesial karena tidak banyak perusahaan yng bisa merancang lokomotif dengan 6 gandar dalam satu bogie penggerak. Javanic adalah lokomotif pengganti lokomotif mallet di Jawa. Karena lokomotif mallet memiliki satu gandar penggerak yang dapat ‘berbelok’, maka batang utama pada bogie tersebut haruslah dilumasi setelah lokomotif berdinas. Karena saat itu harga pelumas sedang tinggi, maka penggunaan pelumas dihemat demi pendapatan yang seimbang. Namun, bukannya untung, perusahaan malah dirugikan karena batang utama lokomotif mallet aus disebabkan kurangnya pelumas pada batang tersebut.
Kabin Masinis Lokomotif F 10. |
Karena itu, didatangkanlah Javanic dari perusahaan lokomotif ternama Jerman, Hanomag. Swiss, yang memiliki lintasan layaknya kota-kota priangan, memiliki banyak lokomotif dengan susunan gandar 2-10-2. Kalau di Swiss bisa dipergunakan lokomotif seperti itu, kenapa di Indonesia tidak diterapkan saja?
Tahun 1912 hingga tahun 1920 adalah tahun dimana 28 Javanic didatangkan berturut-turut dari Jerman. Javanic diharapkan mampu menaklukkan tanjakan dan tikungan tajam khas priangan. Selama beberapa tahun ke depan, javanic mampu menghemat peluma shingga 30% dibandingkan lokomotif mallet. Namun terbukti keausan paling parah terjadi pada roda paling depan dan paling belakang. Sehingga Javanic harus sering dibubut dan diganti roda. Javanic 3 kali lebih aus dibandingkan lokomotif mallet.
Akhirnya Javanic dipindahkan ke Dipo Lokomotif Purwokerto untuk menarik KA yang melewati Stasiun Purwokerto. Beberapa Javanic juga dipindahkan ke Dipo Sidotopo untuk menarik KA yang melewati pantura. Javanic tidak terlalu sering menarik KA Eendaagsche Expresstreinen, sebuah KA Malam yang dinaiki oleh orang-orang borju. Sekarang, kita bisa menikmati F 10 15 di TMII dan F 10 02 di Museum KA Ambarawa.
Sumber : Album Lokomotif dan KRL (Seri 1)
0 komentar:
Posting Komentar