Explore the amazing world of mechanical engineering.
Established 2010


Senin, 19 Maret 2012

Cara Menjalankan Kereta Api

Ada dua komponen kendali utama dalam sebuah kereta, yakni rem dan tenaga (throttle). Seorang masinis harus menyeimbangkan penggunaan kedua komponen utama ini agar kereta berjalan terkendali dan sesuai keinginan. Pada dasarnya pengendalian semua kereta api sama, namun setiap jenis kereta api memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri ketika dijalankan.

Beberapa kontrol dasar dalam kereta api, yakni:
  • Reverser, berguna untuk mengendalikan arah laju kereta api. Beberapa reverser memiliki tiga kondisi untuk mengendalikan laju kereta api, yaitu forward (maju), neutral (diam), dan reverse (mundur).
  • Throttle, yaitu tuas untuk mengatur tenaga dalam kereta api. Beberapa throttle dapat diatur sesuai keinginan, dan beberapa throttle telah dibagi-bagi menjadi beberapa segmen (notch). Lokomotif diesel hidrolik di Indonesia umumnya tidak memiliki notch, sedangkan kebanyakan lokomotif diesel elektrik dilengkapi dengan 8 notch.
  • Rem, yakni tuas untuk mengatur perlambatan pada kereta api. Pada tiga kereta api, terdapat tiga jenis rem, yaitu rem kereta, rem lokomotif, dan rem dinamis. Rem kereta berguna untuk mengendalikan sistem pengereman di seluruh kereta, agar beban pengereman tidak bergantung pada lokomotif. Rem lokomotif digunakan jika lokomotif tidak sedang menarik gerbong; rem ini merupakan rem untuk lokomotif sendiri. Sedangkan rem dinamis adalah rem yang berguna untuk mempertahankan kecepatan lokomotif di turunan.
Pengendalian pada semua jenis lokomotif berbeda-beda, dan umumnya cara menjalankan kereta api dibagi menjadi 3 jenis: kereta uap, kereta diesel, dan kereta listrik.


Tenaga listrik
Foto Kabin KRL TM 7000
Tenaga pada kereta listrik tidak berasal dari kereta itu sendiri, melainkan dari kabel LAA (listrik aliran atas) yang ada di atas rel atau rel ketiga yang berada di bawah. Semua kereta listrik di Indonesia menggunakan kabel LAA sebagai suplai utamanya.
Sebelum kereta listrik dijalankan, maka pantograf di atas kereta harus dinaikkan terlebih dahulu. Pantograf di kereta dinaikkan dan diturunkan dengan tenaga pneumatik atau hidrolik yang sudah tersedia. Pantograf pada kereta listrik dinaikkan dan diturunkan dengan tombol panto-down (dilingkari hitam pada foto). Jika pantograf sudah naik dan mendapat arus listrik, indikator line voltage akan menunjukkan jumlah voltase yang didapat. Voltase standar untuk kereta api di Indonesia berkisar antara 1400-1600 V.
Setelah itu, pasang reverser pada posisi yang diinginkan. Posisi standar sebelum kereta digerakkan adalah idle atau netral. Agar kereta maju, maka gerakkan reverser ke posisi forward. Agar kereta mundur, maka gerakkan ke posisi reverse.

Setelah reverser sudah dimajukan ke arah yang diinginkan, maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah melepas semua rem. Baik itu train brake maupun locomotive brake (ditandai dengan warna oranye pada foto). Jika train brake dan locomotive brake sudah dilepas (released), maka akan terdengar bunyi kompresor yang menandakan silinder rem habis (hampa) dan akan diisi kembali. Kereta tidak akan berjalan jika silinder rem belum penuh.
Foto Kabin dari Shinkansen E5
Jika  kompresor sudah mati, maka kita siap untuk menjalankan throttle (ditandai dengan warna biru pada foto). Sebaiknya jalankan throttle sedikit demi sedikit, agar tidak ada hentakan dan roda tidak selip. Jika roda mengalam selip, otomatis daya cengkeram hilang.
Dalam shinkansen dan beberapa kereta lainnya, throttle dan brake dikombinasikan menjadi combined power handle (ditandai dengan warna hijau pada foto). Fungsi cph ini hanya untuk menghindari aus pada sepatu rem karena masinis yang kadang lupa untuk melepas train brake. Dalam posisi idle, cph berada di tengah-tengah. Jika ingin mengerem, cukup dorong ke depan. Jika ingin menjalankan kereta apinya, maka tariklah. Biasanya cph ini dibuat notched atau beruas-ruas agar tak ada kesalahan dalam mengerem atau menjalankan KA.
Tenaga diesel
Foto Kabin KRD MCW 302
Pada dasarnya, pengoperasian kereta diesel sama dengan kereta api listrik. Bedanya, saat ingin menyalakan kereta diesel, kita harus menuju ruang mesin pada lokomotif diesel. Sedangkan untuk KRD (Kereta Rel Diesel), cukup menyalakan dari bawah tempat duduk.
Di dalam ruang mesin, biasanya di dekat girboks, terdapat sebuah tuas, seperti tuas pada kompor untuk menyalakan lokomotif diesel. Pertama-tama, kita harus memutar tuas ke kiri untuk memasukkan bahan bakar HSD (High Speed Diesel) ke dalam mesin. Kegiatan ini disebut priming.
Setelah priming selesai, akan terdengar bunyi klik yang tandanya HSD sudah penuh di dalam lokomotif. Langkah selanjutnya adalah memutar tuas ke kanan untuk menyalakan mesin, dan selesai.
Kedua, di dalam sebuah lokomotif diesel terdapat dynamic brake. Jenis rem yang satu ini hanya berguna untuk mengurangi putaran mesin di saat turunan. Cara keja dynamic brake hampir sama dengan cara kerja dynamic brake pada truk dan bus.
Tenaga uap
Dalam Kabin Lokomotif DSM 28
Kereta api yang menggunakan tenaga uap sama sekali berbead pengoperasiannya dengan kedua jenis kereta api sebelumnya. Untuk menyalakannya, kita harus merebus air yang ada di dalam tungku untuk menghasilkan uap. Makin besar lokomotifnya makin lama merebusnya, tergantung besarnya cawan pemanas. Rata-rata dibutuhkan waktu 4-10 jam untuk merebus air dalam tungku.
Jika air sudah cukup panas dan mendidih menghasilkan uap, maka lokomotif siap dijalankan. Pertama, putar reverser. Untuk mengetahui kemanakah reverser ini bergerak, maka biasanya terdapat reverser plate untuk mengetahui apakah kita menggerakkan reverser ke arah yang benar.
Setelah selesai menggerakkan reverser, maka lepaslah semua brake.
Setelah melepas brake, maka kita harus menggerakkan regulator (ditandai dengan warna biru pada foto). Perlu diingat bahwa dalam membuka regulator cukup sedikit saja, agar silinder tidak mudah dingin. Sebelum kereta api bergerak dengan cepat, segera tutup cylinder cocks (ditandai dengan warna kelabu pada foto) agar tekanan uap tidak cepat berkurang. Cylinder cocks hanya boleh dibuka pada saat kereta berhenti agar embun dalam silinder dapat keluar. Jika embun tetap di dalam, maka akan menyumbat katup silinder dan membuat lokomotif mengalami blowback, yakni kondisi ketika uap kembali masuk ke dalam ketel uap dan menyebabkan ledakan.
Foto Kabin Lokomotif D 52
Untuk mengurangi kecepatan atau menghentikan kereta api, cukup kurangi throttle/regulator hingga nol dan putar rem ke arah kanan berulang-ulang. Namun perlu diingat, dalam keadaan darurat, emergency brake harus aktif atau putar train brake ke arah kanan sampai mentok.

11 komentar:

Unknown Sabtu, 05 Mei 2012 pukul 09.02.00 WIB  

Good.... udah saya pasang linknya. Gantian pasang ya....

enallzznotasiband Selasa, 09 Oktober 2012 pukul 11.11.00 WIB  

apakah kereta mempunyai gig seperti mboil atau motor ?

Hamas Fathani Sabtu, 20 Oktober 2012 pukul 11.10.00 WIB  
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hamas Fathani Sabtu, 20 Oktober 2012 pukul 11.11.00 WIB  

Di Indonesia, lokomotif diesel, uap ataupun listrik tidak memiliki sistem percepatan. Kecuali pada KRD MCW 301/302 yang ketika diciptakan untuk membatasi kecepatan. Gir pertama untuk kecepatan maks. 40 km/jam dan gir kedua untuk kecepatan maks. 72 km/jam.

Anonim,  Jumat, 17 Oktober 2014 pukul 13.27.00 WIB  

gan gk ada cara jalanin lokomotif Elektrik ya. kaya CC201 gitu

Helikopter Kamis, 16 Juli 2015 pukul 05.09.00 WIB  

lengkap sekali gambarnya. terima kasih gan.

Anonim,  Jumat, 22 Januari 2016 pukul 10.55.00 WIB  

Terimakasih!
Informasi yang sangat berguna!

wong kraton solo Senin, 11 Desember 2017 pukul 09.26.00 WIB  

Wah nambah pengetahuan nih gan, mksh atas ilmunya

Unknown Jumat, 15 Februari 2019 pukul 17.30.00 WIB  

Berapa kecepatan maksimal kereta listrik gan